Aku terus diperlaku bagai binatang, selama itu aku terus mempertanyakan diri sendiri "Apakah aku bukan darah daging mu ayah?"
Selama itu juga aku sakit, tapi mata ini menyeka airnya sendiri dari melimpah keluar, aku pertahankan.
Hingga satu masa, datang satu berita, darah yang tadi memperlaku aku seperti binatang itu mati, lantas hilang dari permuka dunia. Darah daging yang lain sibuk menangis menggila, mungkin berpura-pura. Tapi tidak aku, aku sendiri bingung, samada untuk menyahut berita itu dengan tawa atau duka.
Aku mandikan, aku kucup dahinya, aku sembahyangkan, aku usungkan. Selama itu jua air mata tidak pernah sekali untuk muncul, tidak sesekali hingga tiba tanah pertama aku timbuskan. Saat itu aku kalah, air mata tidak keruan berlumba-lumba untuk keluar.
Ayah, aku pohon kau hentikan kebingungan ini. Tolong.
***
No comments:
Post a Comment