Lewat malam kelmarin, aku ditidurkan dengan suaramu lagi yang
mengucapkan, "Mimpikan aku, sayang. Moga-moga malam ini aku bisa
mendapatkan kamu di ruang mimpiku juga".
Aku tersenyum saat teringat gelak manjamu yang tidak
habis-habis mentertawakan kisah lucu di wayang tempoh hari. Bahagianya kamu
ketika itu aku fikir bukan cuma digeletek lucu saja, aku juga bisa melihat ekor
matamu asyik melirik ketawa kecilku. Dan bila mata kita bertaut, ketawa kita
segera mati, pantas aku tersipu malu lalu berpura-pura menatap skrin kembali.
Saat itu aku mula merasakan cinta aku kepadamu bercambah, tidak terlalu banyak,
namun tidak juga terlalu nipis.
Kemudian kita berjalan keluar dari panggung dengan sedikit
rasa getaran di dada. Sengaja aku biarkan satu dua saat kita dicuri sang bisu,
supaya getaran itu tidak terlalu ketara kedengaran. Asyik sekali waktu itu.
Orang bilang, apa pun dalam hidup biarlah bersederhana,
lebih-lebih lagi bila ianya melibatkan cinta. Tenang aku katakan dari dalam
hati, aku mencintaimu duhai kekasih. Namun biarlah rasa ini kekal diam tidak
bersuara, cukup cuma bunyinya saja kuat ketika aku meraup mukaku usai memohon
kepada Tuhan, agar Kamu tenang di sana.
Dan tetaplah suaramu yang terakhir itu menjadi peneman aku
selamanya.
***
No comments:
Post a Comment